Monday, February 4, 2013

Young & Restless: An Interview with Jess Prabawa Hudaya



Masih agak pagi di Prince House yang cozy. Sunday duduk dan ngobrol-ngobrol seputar waffle, passion dan sekolah bisnis sama Jess.

“Dari awal memang passion gue di dunia kuliner. Udah dari kecil. Sebelumnya gue sempet membuka beberapa konsep kuliner, cuman setelah mencari selama kurang lebih 2 tahunan, ketemu deh konsepnya untuk jualan waffle.Yang jelas, kalo lagi bikin usaha, udah deh weekend itu lo nggak bisa kemana-mana. Di rumah doang, cari ide terus.” 

“Buka konsep Italian food dan waffle di Kelapa Gading sebenernya menantang ya. Dalam arti Gading itu kan lebih ke family food- makanan yang penting enak dan murah. Apalagi, di Asia bahan makanan untuk resep Barat udah jelas beda. Istilahnya, dari tomat aja udah beda. Tomat kita kebanyakan karbitan, hambar. Tomat mereka, itu bener-bener mantep. Makanya orang-orang di sana bisa lebih menghargai makanan karena bahan yang lebih bagus. Orang Asia lebih menghargai bumbu.” 



“Nah, untuk Food & Beverage, selain produknya memang harus bagus, tantangan terbesarnya ada di HRD. Saat HRD kita udah kuat dan solid, mau melangkah kemanapun juga enak. Customer datang, mereka inisiatif kasih salam. Hal-hal kecil kaya gini kalo nggak di-training mereka nggak akan bisa. Pada saat lo menghadapi staf, lo harus komunikasi dengan hati-hati. Saat terima pendapat dari orang lain juga gitu, liat dulu nilai dirinya dia. Kalo pengalaman dia sendiri gagal, yang dia bakal kasih saran yang gagal.”

“Waktu gue terjun untuk bangun bisnis gue, istilahnya gue ngerasa diri gue makin berkembang karena harus bisa menghadapi persoalan dari A ke Z. Gue ngerasa jadi orang yang makin berharga.  Saat ada masalah dan mengalami stuck, itu adalah sinyal lo untuk berkembang. Tanya ke diri sendiri: kenapa gue nggak bisa melakukan ini?”

“Sekolah bisnis perannya ya besar sih dari membentuk gue sekarang. Karena saat lo belajar, lo mungkin ngerasa itu bukan sesuatu yang worth it. Soalnya, lo belum pernah jalanin aplikasinya. Makanya kan ada orang yang bilang S2 itu baru worth it kalo lo kerja dulu. Karena dengan begitu kita tahu aplikasinya. Ternyata apa yang gu pelajarin di S1 itu kepake, nggak cuma pelajarannya tapi lingkungannya. Lingkungan bisnis itu sangat pengaruh ke kita. Pola pikir lo jadi pola pikir bisnis.” 



“Maka dari itu, cari sesuatu yang menang bener-bener passion lo. Kalo ditanya apakah passion itu gampang untuk dicari, ya nggak gampang. Sampe sekarang aja gue kadang ngerasa gue belum sampe ‘wah’ gimana banget. Wajar banget orang ngelakuin kesalahan, wajar banget orang hilang arah. Istilahnya, gak sesuai bidang. Tapi yang penting: passion, fokus, kerja keras.” 

“Bisnis memang nggak bisa langsung booming. Pada dasarnya susah. Bill Gates sudah obrak-abrik komputer dari umur belasan. Pendiri Subway udah merintis dari usia 17 tahun. Yang kita lalui sekarang memang langkah normal. Lo harus bisa bikin standar. Niru makanan orang lain bisa. Tapi pertanyaannya: lo bisa nggak bikin standar kaya dia?”



Apa hubungan drama Korea sama Prince House? Cek obrolan seru kami selengkapnya di Sunday edisi 2, The Food Issue! :) 

0 comments:

Dí lo que piensas...