Monday, July 29, 2013

Mengintip Isi Kapal Selam Indonesia :)

Mesin-mesin tua memiliki romantisme tersendiri dalam Museum Kapal Selam di Surabaya, dimana kapal bersejarah KRI Pasopati 410 yang memiliki sejarah heroik sebagai bagian dari Pertempuran Laut Aru, kini berlabuh abadi sebagai monumen di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya.
Torpedo yang menjadi senjata di kapal selam ini pun masih terparkir rapi di dalam. Pada eranya, inilah senjata pertempuran bawah laut yang cukup ditakuti.

Jika torpedo akan ditembakkan, ia harus dimasukkan dalam tabung ini

 
 Kapal selam ini telah dipensiunkan menjadi museum, namun para kaptennya tidak pernah benar-benar meninggalkan kapal ini




Petunjuk berbahasa asing di sana-sini mengingatkan kita akan tanah kelahiran KRI Pasopati 410: Uni Soviet tahun 1952


Monumen ini memiliki sebuah sejarah yang unik: seorang mantan KKM di KRI Pasopati 410 satu malam mendapat mimpi diperintahkan membawa kapal selam itu pergi berlayar. Tak lama, ia ditugaskan membawa kapal itu menjadi monumen di Surabaya! Maka KRI Pasopati 410 pun dipotong menjadi 16 bagian, dibawa via jalan darat dan dirangkai kembali di tempatnya kini berdiri.



Thursday, July 25, 2013

Story of Line: An Ongoing Exhibition at Kedai Sari




Ada kejutan manis waktu Sunday mampir ke Kedai Sari hari Selasa lalu. Niatnya hanya mau nonton open mic komunitas Standup Comedy Jakarta Utara, tapi kami juga terhibur oleh pameran Story of Line oleh seniman Rau Rau dan Dimas. apalagi salah satu karyanya berjudul 'Sunday' -- ihihiy, jadi ge-er!  

Dimas - "Sunday"


Dimas - "End of Story"





Rau Rau - "Mimpi di Sore Bolong"

...dan masih banyak karya keren lainnya! Mampirlah ke Kedai Sari untuk melihat lebih banyak :)

Tuesday, July 23, 2013

Sunday #07: The Pets Issue

Sunday, July 14, 2013

Monika Yulianti: Lovely Songbird


Sunday berbincang dengan salah satu finalis The Voice Indonesia yang berdomisili di Kelapa Gading, Monika Yulianti!

Hei, Monika. Apa aja kesibukan kamu hari-hari ini?
Nah saat ini aku lagi ambil pendidikan notariat, sambil magang di kantor notaris, dan sambil tetap jalanin karir nyanyi. Aku ambil wiken aja, event-event gitu. Sambil lanjut belajar musik juga sih; aku dulu belajar piano klasik, tapi berhenti karena bosan. Setelah masuk The Voice, nyesel deh nggak lanjutin studiku dulu! Jadi sekarang lagi jalanin pelajaran piano juga. Memang harus menyeimbangkan semuanya ,ya.

Lebih enjoy berkarir di mana?

Aku dari dulu nggak pernah kepikir jadi penyanyi profesional, karena sebelumnya aku hobi aja. Untuk jadi penyanyi profesional kan butuh skill-skill seperti menyanyi di café bertahun-tahun…sedangkan aku selalu pengalamannya di gereja, menyanyi solo. Perform itu kan beda sama nyanyi doang; harus bisa interaksi sama penonton, harus bisa menghibur mereka, dll. Itu yang masih aku pelajari. Untuk menjadi penyanyi profesional, aku masih harus banyak belajar memprofesionalkan diri, belajar lebih total untuk pekerjaan. Kalau ditanya lebih pilih jadi penyanyi atau notaris, aku pengen jalanin dua-duanya; kaya dokter Tompi! Tuhan sudah bukain jalannya, sayang kalau aku nggak lakuin.

Memang kapan Monika pertama kali kenal dunia tarik suara?

Dari kecil banget aku sudah suka menyanyi. Dari lahir sudah disetelin lagu-lagu terus sama orangtua. Tapi aku dari dulu pemalu; diikutin lomba sama orangtua aku malah cemberut hahahaa belum pede mungkin ya

Sekarang masih pemalu?

Hehehe lumayan. Tapi aku berpikir untuk belajar pelan-pelan mengurangi pemalunya.

Kok berani ikut The Voice Indonesia?

Jadi ceritanya aku bikin-bikin musik sendiri pakai aplikasi Garage Band di Macbook, terus posting ke internet. Iseng aja. Secara nggak disengaja, Om Yongky Suwarno (musisi yang mengorbitkan AB3) denger rekamanku dan dia bilang: “Kamu berbakat, cuma harus berani coba-coba; kalau nggak gitu, kamu nggak berkembang.” Eh, besoknya ada audisi The Voice Indonesia. Ya aku ikut aja.

Sharing dong beberapa fakta mengenai reality show yang mungkin orang nggak tahu sebagai penonton…

Pertama-tama, aku pikir bakal sikut-sikutan, ternyata sejujurnya nggak loh! Kita saling dukung saja dan saling kasih tips. Terus awalnya aku pikir bisa santai karena ada coachnya, tapi kenyataannya kita harus siap selalu, tahu apa yang kita mau dan aktif juga. Yang jelas dari The Voice Indonesia, pengalaman melihat bagaimana acara dikemas, persiapan dari balik layar yang melibatkan makeup, kostum, konsep…aku merasa beruntung banget bisa tahu itu semua. Apalagi selama ini aku cuma bisa mimpi doang ketemu dan kerja sama Glenn Fredly, Andi Rianto, dll

Sebagai mentor, Glenn Fredly itu gimana sih?

September lalu aku baru nonton konser Glenn dan hanya bisa duduk di belakang sambil sorak-sorak. Sama sekali nggak kepikiran bakal kenal. Ternyata dia baik banget, dan orangnya sangat menghargai proses, dia nggak suka kalau kita mengharapkan instan, dia maunya kita usaha. Glenn juga menghargai interpretasi kita sendiri- dia nggak suka kalo kita disodorin lagu, terus kita nyanyinya sama kaya penyanyi aslinya aja. Kita harus ada karakternya dalam lagu itu. Lagu itu harus dianggap punya kita sendiri, dan kita interpretasinya kaya apa

Karakter Monika sendiri sebagai penyanyi?

Aku suka lounge music yang jazz-pop… aku suka banget Michael Buble, Andien, Raisa

Nah sekarang kalau ada teman SMA yang mau nyanyi juga, tips dari Monika apa?

Kalau punya bakat, jangan didiamkan. Sekecil apapun itu, coba saja. Sekarang kan teknologi sudah canggih, dari aplikasi seperti Garage Band aku juga evaluasi suaraku, dimana yang perlu dibenerin. Jadi kita bisa lakukan sendiri tanpa menunggu orang lain. Maka, bernaikan diri dan lakukan. Buat aku, kalau kita lakukan sesuatu dengan hati dan maksud yang baik, Tuhan buka aja jalannnya.

Barang yang nggak pernah ketinggalan di tas selain dompet dan ponsel?

Tisu dan earphone. Aku nggak pernah jauh dari musik, dari jaman walkman, mp3, ipod…

 

Sunday, July 7, 2013

Life in the Pet Clinic: Sunday’s Interview with drh. Putri Sajuthi

Pernah terbayang serunya bekerja di antara hewan-hewan? Inilah interview kami dengan drh. Putri Sajuthi dari klinik PDHB drh. Cucu Sajuthi, Sunter! 

Hello, dok! Lagi sibuk apa nih hari-hari ini? 
Aktivitas sehari-hari…kami di sini berhadapan langsung sama pasien. Ada anjing, kucing, hewan eksotis seperti ular, kadal dan bahkan nggak jarang ada juga hewan yang dilindungi kaya kukang! Kalau sudah begitu, mau nggak mau karena sudah sumpah profesi, kami akan tetap membantu untuk menyembuhkan hewan yang memerlukan. 

Dulu, dokter kuliah dimana?

Kuliah IPB jurusan FKH (Fakultas Kedokteran Hewan). Di Indonesia sendiri waktu aku masuk kuliah tahun 2005, baru ada 5 kampus FKH: IPB di Bogor, UGM di Yogyakarta, Unair di Surabaya, Udayana di Bali, dan Universitas Syah Kuala di Aceh. Saya pilih yang paling dekat. Tapi sekarang ini masuk IPB agak susah, jadi banyak yang beralih ke UGM juga. Rebutan kursi soalnya.

Belakangan minat untuk menjadi dokter hewan makin naik trennya. Dulu 2005 belum banyak yang minat jadi dokter hewan, tapi belakangan ini ada saja klien yang bawa anaknya, masih usia-usia SMP dan dia sharing kalau anaknya mau menjadi dokter hewan. Kuliah kedokteran itu lama, lho, setidaknya 6 tahun- 4 tahun pertama kuliah dan 2 tahun ko-as.

Di klinik Sunter sendiri apakah menerima pelajar yang mau magang?

Ya, tapi hanya untuk mahasiswa FKH yang sedang tahap ko-as. Dulu ada anak SMA juga, yang bertugas menyisiri bulu, menyiapkan makanan, menyuapi, dll. Tapi yak arena keterbatasan kami di sini, akhirnya diputuskan magang dibuka untuk mahasiswa saja.

Pertama-tama apa yang membuat Anda ingin menjadi dokter hewan?

Dari kecil aku suka hewan, dan di rumah banyak pelihara macam-macam- anjing, ikan, kelinci, kura-kura…tapi di antara semuanya aku paling suka anjing. Tahu nggak, anjing yang khas Indonesia itu anjing Kintamani, sisanya kita masih import dan nggak semua jenis masuk Indonesia. Anjing yang bulunya panjang-panjang banget biasanya nggak masuk.

Sekarang masih pelihara banyak hewan?
Satu anjing saja. Soalnya sebagai dokter hewan, aku liburnya kan nggak pasti. Di klinik kita harus stand by gantian, Sabtu-Minggu juga harus ada yang jaga soalnya ini kan menyangkut nyawa, nggak bisa kita tinggal-tinggal. Banyak klien yang menganggap hewannya sudah seperti anak sendiri, saat meninggal mereka nangis dan beliin peti mati lengkap dengan nisan yang cantik.

Di Sunter sendiri ada kuburannya?
Kuburan hewan adanya di Jakarta Selatan- itu pun menurut info yang beredar, sudah mulai penuh dan akan diperluas. Di sini kami adanya fasilitas kremasi, kami bisa berikan abunya. Kalau nggak mau, abunya kami kubur. Untuk hewan yang meninggal karena virus sih kami sarankan dibakar, karena kalau kubur saja kan virusnya masih ada di lingkungan.

Dokter hewan diijinkan untuk euthanasia ya?
Kalau hewan sudah sangat menderita, kami dalam kedokteran hewan diijinkan suntik mati. Tentunya dengan beberapa syarat ya: hewan sudah tidak mau makan, sudah sangat kurus, jantung bermasalah, napas ngos-ngosan…baru boleh euthanasia. Cuma kalau masih sehat, cuma karena alasan ‘galak’, itu kami nggak mau melakukannya. Kecuali hewan tersebut sudah mematikan manusia, karena rabies misalnya.

Apa sih yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter hewan?

Kita harus peduli, nggak harus sayang banget. Kadang kalau terlalu sayang kita jadi terlalu involved dan nggak bisa melakukan apa-apa karena stres sendiri. Saya ada tuh, teman yang selalu panik kalau melihat anjing/kucing yang berdarah-darah banyak.
Kedua, kita harus dari jurusan IPA dan mau tahan sekolah cukup lama, 6 tahun, dengan textbook tebel-tebel dan buanyaak. Harus berani lihat darah karena kita akan melakukan operasi, dll. Di kampus, mayoritas kita belajar anjing, kucing, sapi dan kuda. Pada tahap ko-as baru fokus kita mau ke mana: satwa liar (kerja di kebun binatang), klinik (pets) atau masuk peternakan.

Di Indonesia sendiri, jadi dokter hewan itu potensial nggak sih?
Menurut aku potensial karena sekarang ini, terutama di Jakarta, orang kehidupannya sudah mulai bagus dari segi ekonomi, sehingga makin banyak orang yang memelihara hewan. Grafik pasien di sini dari tahun ke tahun meningkat dan di Jakarta Utara sendiri, banyak petshop, salon, dokter hewan, dll.
Jujur dari segi income mungkin tidak sebagus menjadi dokter manusia, tapi dengan biaya kuliah yang juga 10 kali lipat lebih murah dari dokter umum…ya, sepadan lah.

Reaksi pertama orang-orang ketika tahu profesi dokter Putri?
Suka ada yang bilang: ‘Kenapa nggak jadi dokter orang saja?’ Tapi kalau mereka yang pernah kuliah di luar negeri, mereka tahu kalau di sana menjadi dokter hewan itu lebih sulit masuknya daripada dokter umum. Aku pernah magang di Amerika sebulan, dan teman di sana sharing kalau memang masuk Vet School itu lebih sulit dari kedokteran manusia. Penyakit hewan itu lebih banyak jenisnya dari manusia. Manusia itu kan hanya 1 spesies, tetap hewan kan banyak. Penyakit anjing itu A, kucing bedanya lagi! Kita juga harus menguasai cara gimana agar hewan bisa dipegang dan disuntik tapi ia mengigit balik.
Baca interview seru mengenai pengalaman drh. Putri dengan para pasiennya di Sunday edisi Juli 2013!