Sunday berbincang
dengan salah satu finalis The Voice Indonesia yang berdomisili di Kelapa
Gading, Monika Yulianti!
Hei, Monika. Apa aja
kesibukan kamu hari-hari ini?
Nah saat ini aku lagi ambil pendidikan notariat, sambil magang di kantor
notaris, dan sambil tetap jalanin karir nyanyi. Aku ambil wiken aja, event-event
gitu. Sambil lanjut belajar musik juga sih; aku dulu belajar piano klasik, tapi
berhenti karena bosan. Setelah masuk The Voice, nyesel deh nggak lanjutin studiku
dulu! Jadi sekarang lagi jalanin pelajaran piano juga. Memang harus
menyeimbangkan semuanya ,ya.
Lebih enjoy berkarir
di mana?
Aku dari dulu nggak pernah kepikir jadi penyanyi profesional,
karena sebelumnya aku hobi aja. Untuk jadi penyanyi profesional kan butuh
skill-skill seperti menyanyi di café bertahun-tahun…sedangkan aku selalu
pengalamannya di gereja, menyanyi solo. Perform itu kan beda sama nyanyi doang;
harus bisa interaksi sama penonton, harus bisa menghibur mereka, dll. Itu yang
masih aku pelajari. Untuk menjadi penyanyi profesional, aku masih harus banyak
belajar memprofesionalkan diri, belajar lebih total untuk pekerjaan. Kalau
ditanya lebih pilih jadi penyanyi atau notaris, aku pengen jalanin dua-duanya;
kaya dokter Tompi! Tuhan sudah bukain jalannya, sayang kalau aku nggak lakuin.
Memang kapan Monika
pertama kali kenal dunia tarik suara?
Dari kecil banget aku sudah suka menyanyi. Dari lahir sudah
disetelin lagu-lagu terus sama orangtua. Tapi aku dari dulu pemalu; diikutin
lomba sama orangtua aku malah cemberut hahahaa belum pede mungkin ya
Sekarang masih
pemalu?
Hehehe lumayan. Tapi aku berpikir untuk belajar pelan-pelan
mengurangi pemalunya.
Kok berani ikut The
Voice Indonesia?
Jadi ceritanya aku bikin-bikin musik sendiri pakai aplikasi
Garage Band di Macbook, terus posting ke internet. Iseng aja. Secara nggak
disengaja, Om Yongky Suwarno (musisi yang mengorbitkan AB3) denger rekamanku
dan dia bilang: “Kamu berbakat, cuma harus berani coba-coba; kalau nggak gitu,
kamu nggak berkembang.” Eh, besoknya ada audisi The Voice Indonesia. Ya aku ikut
aja.
Sharing dong beberapa
fakta mengenai reality show yang mungkin orang nggak tahu sebagai penonton…
Pertama-tama, aku pikir bakal sikut-sikutan, ternyata
sejujurnya nggak loh! Kita saling dukung saja dan saling kasih tips. Terus awalnya
aku pikir bisa santai karena ada coachnya, tapi kenyataannya kita harus siap
selalu, tahu apa yang kita mau dan aktif juga. Yang jelas dari The Voice
Indonesia, pengalaman melihat bagaimana acara dikemas, persiapan dari balik
layar yang melibatkan makeup, kostum, konsep…aku merasa beruntung banget bisa
tahu itu semua. Apalagi selama ini aku cuma bisa mimpi doang ketemu dan kerja
sama Glenn Fredly, Andi Rianto, dll
Sebagai mentor, Glenn
Fredly itu gimana sih?
September lalu aku baru nonton konser Glenn dan hanya bisa
duduk di belakang sambil sorak-sorak. Sama sekali nggak kepikiran bakal kenal. Ternyata
dia baik banget, dan orangnya sangat menghargai proses, dia nggak suka kalau
kita mengharapkan instan, dia maunya kita usaha. Glenn juga menghargai interpretasi
kita sendiri- dia nggak suka kalo kita disodorin lagu, terus kita nyanyinya
sama kaya penyanyi aslinya aja. Kita harus ada karakternya dalam lagu itu. Lagu
itu harus dianggap punya kita sendiri, dan kita interpretasinya kaya apa
Karakter Monika
sendiri sebagai penyanyi?
Aku suka lounge music yang jazz-pop… aku suka banget Michael
Buble, Andien, Raisa
Nah sekarang kalau
ada teman SMA yang mau nyanyi juga, tips dari Monika apa?
Kalau punya bakat, jangan didiamkan. Sekecil apapun itu,
coba saja. Sekarang kan teknologi sudah canggih, dari aplikasi seperti Garage
Band aku juga evaluasi suaraku, dimana yang perlu dibenerin. Jadi kita bisa
lakukan sendiri tanpa menunggu orang lain. Maka, bernaikan diri dan lakukan. Buat
aku, kalau kita lakukan sesuatu dengan hati dan maksud yang baik, Tuhan buka
aja jalannnya.
Barang yang nggak
pernah ketinggalan di tas selain dompet dan ponsel?
Tisu dan earphone. Aku nggak pernah jauh dari musik, dari
jaman walkman, mp3, ipod…