Tuesday, February 26, 2013

Gading Walk: Food Marathon!

We challenge our belly! Sunday dan seorang rekan, food blogger berbasis Singapura, bertualang kuliner di Gading Walk, satu menu per restauran. 

Hasilnya? Selain perut kenyang, inilah list favorit kami:






#7: Sunny Side Up's Breakfast Set
"Nothing beats a good, satisfying western breakfast; terbukti, pas interogasi waiternya dia ngaku kalo menu breakfast ini salah satu yang terlaris, dipesan orang sampe malem-malem sekalipun!"




 #6: Bobbabits' Hawaiian Musubi
"Buat kamu yang nggak suka sushi tapi ingin tahu gimana nikmatnya makan sushi...Hawaiian Musubi bisa jadi alternatif yang unik!"



 #5: Vegas Hotdog's Banana Colada
"Lagi jalan-jalan di mall, terus perut laper sekaligus mulut haus tapi uang jajan lagi cekak? Inilah satu menu yang akan menyelamatkanmu! Pisangnya bikin kenyang, kesegarannya bikin haus lenyap."



 #4: Cinnamon & Coffee's Almond Cinnamon or Chocolate Hazelnut
"We can't choose between those two! Enak banget!" 

#3: Island Creamery's Timtam Milo Ice Cream
"Semua orang pesen Mini Baked Alaska; kami sok-sokan hipster dengan order menu yang 'biasa'. Nyesel? Nggak banget karena enak banget. Tapi kalo Mini Baked Alaska-nya belum habis, pesanlah yang satu itu lalu ceritakan hasilnya ke kami, oke?" ;)


#2: Frites Fries' Classic Demi Glace 

"Kaldu iga sapi ketemu kentang goreng Belgia...nyaaaaam! Satu kotak nggak cukup!"

 #1: Culina's Sponge Cake Toast
"Roti bakar is so last year! Coba order pilihan sponge cake Culina yang diolah dengan pilihan selai ala roti bakar- kerenyahan dan kelembutan berpadu dengan sangat sempurna dan pas dalam bolu hangat, cemilan yang cocok untuk mengakhiri hari yang panjang, dan kabar baiknya: ini cuman 12 ribu perak, guys!"




Special thanks for Danny Tan from dannylovetoeat.blogspot.com who accompanied Sunday on this food marathon! :D :D


Sunday, February 10, 2013

Sunday's Valentine DIY Special: Chocolate Cupcakes





Beberapa hari menjelang Valentine...hmmm, can you smell that love is in the air? Let's celebrate with delicious chocolate cupcakes! 

Bahan:
·      Tepung terigu 50 gram

·      Telur 4 butir

·      Gula pasir 100 gram

·      Tepung maizena 25 gram

·      Mentega 50 gram

·      SP (cake emulsifier alias pengembang kue)  ½ sendok makan

·      Cokelat bubuk 10 gram

·      Vanila bubuk seujung sendok


Pertama, kocok gula pasir, telur dan SP sampai agak kaku selama kurang lebih 5 menit. Setel speed mixer ke nomor 3 (kecepatan sedang).


Kemudian masukkan tepung terigu, cokelat bubuk, maizena dan vanilla bubuk yang sudah diayak. Nah, sekarang kocok lagi dengan speed yang sama, sampe kaku. 




Matikan mixer, masukkan mentega yang sudah dilelehin di kompor terus aduk sampai rata. Tuang adonan ini ke dalam wadah cupcake




Masukkan ke dalam oven dengan suhu 180 derajat Celcius selama kurang lebih 15 menit.




Jadi deh!




Gimana cara menghias cupcake yang unyu untuk hadiah Valentine? Temukan inspirasinya di majalah Sunday edisi #2, The Food Issue! :)



*Mucho Gracias for Febrina Kirana from Buperi Bakery for the recipe :D

Lively Lady: An Interview with Vera Christiani Setiadi





Hal terbaik yang bisa dialami oleh seorang jurnalis adalah ketika ia dapet narasumber nggak hanya kooperatif tapi juga sangat friendly and bisa diajak ngobrol dengan sangat asyik.
Hal seperti itu nggak selalu terjadi, tapi di satu malam yang beruntung, Sunday berkesempatan nongkrong dan makan bareng Vera MasterChef 2 and her bestie, Vega Tistiana. Simak obrolan kami di malam yang makin larut tapi makin gak berasa itu! :)

Hi, Vera! Cerita dong kesibukannya lagi apa aja nih?
Aku sekarang freelance designer, sambil tetap masak dan mencari program-program TV yang berhubungan dengan makanan hehehehe. Oiya, sekarang aku lagi bikin buku resep juga sama anak-anak MasterChef 2 yang seangkatan. Masih tahap proses produksi lah.

Aiih seru banget ^^ Yang paling berkesan dari MasterChef 2 itu apa sih?
 Yang paling berkesan itu gemblengannya. MasterChef 2 merubah aku, dari yang dulunya lebih memandang masak ‘ah, cuma gini-gini doang’, sekarang aku tahu memasak tenyata lebih dari itu. Aku belajar berbagai skill, belajar kerasnya dunia, termasuk juga belajar dari gemblengan Chef Juna yang disiplin. 

Sempet bosen masak nggak?
Ketika di karantina, ada titik jenuh lah. Biasa aku masak karena aku senang, atau karena lagi pengen, maka bawaannya hepi. Di sana karena tekanan, takut dihina, jadi banyak beban…satu kali sempet stuck, pengen berhenti. Cuman setelah itu terlewati dan aku tereliminasi…sekarang justru makin suka masak! Pengen menciptakan resep-resep baru!

Okesip, kalo gitu apa ide menu paling edan yang pernah terpikir sama Vera?
Aku sebenernya pengen bikin Western food tapi pake bahan Indonesia. Kentang diganti ubi, saus daging diganti kluwek atau bumbu kuning. Sebenernya di Bali ada, aku pernah nemu chef yang kaya gitu. Aku pengen nyoba aja.

Suka masak dari kecil ya?
Gara-gara nyokap tahu anak-anaknya suka makan, dia jadi suka masak. Mamiku itu jago banget masak! Dari sana aku ngeliatin terus jadi penasaran. Namanya juga anak kecil. Akhirnya suka masak dari SMP. Misalnya kalo ke restoran baru, aku suka ngerasa pengen bikin sendiri masakan serupa di rumah. Yah namanya hobi, mau 5 jam di dapur juga hepi-hepi aja. 

Vera paling suka masak…
Semua aku coba, tapi lebih pilih Chinese food. Mungkin karena background memang Chinese dan dari kecil makan itu. Biar ada Western food tapi yang dicari Medan-Medan juga hahahahaha XD
Tapi aku belajar masak apa aja, dari pastry, Western, sampai Indonesian itu aku pelajari semua karena setiap masakan ada tantangan sendiri. Kadang eksperimen, hari ini pake daun salam, besok nggak. Dari sana aku lebih paham fungsinya, daripada cuma dikasitahu doang. 

Kenapa dulu Vera nggak mengambil sekolah kuliner sih?
Dulu aku berasal dari jurusan IPA di SMA, dan pengennya ke Food Technology. Cuma di Bandung nggak ada jurusan itu dan aku harus ke Jakarta kalau mau. Tapi waktu itu belum boleh sama mami. Kalau pilihan lain aku kurang minat. Akhirnya aku ambil desain karena memang suka menggambar juga. Aku kuliah di Maranatha, Bandung. 

Vera kan sudah setahun tinggal di Kelapa Gading, gimana pendapat kamu tentang daerah ini?
Sekarang banyakan ramen dan café yang rasanya mirip-mirip yah. Tapi menurut aku yang beda itu Bakso Medan 99. Aku belum pernah dapetin yang kaya gini di tempat lain- ada daging merahnya, sengkel, bakso, babat…khas orang Medan banget. Tempatnya memang udah jadul tapi porsinya lumayan banyak. Memang harga agak mahal tapi worth it lah. 

Nggak tahu kenapa, di daerah Jakarta Utara banyak makanan Medan yang enak-enak yah, dari Pluit sampai Muara Karang. Makanan-makanan kaya gini aku nggak pernah dapetin di Bandung. Sedangkan kalo di Jakarta Selatan banyakan Western. Ini jadi variasi yang unik banget. Apalagi aku di sini kan sendiri, jadi kalau makan yang kaya gitu, rasanya jadi kaya di rumah aja. Enak!

Pengalaman paling nggak terlupakan sama makanan?
Aku demen banget sama bakso. Pernah dua minggu full aku makan mie-bakso tiap hari hahaha. Sampai-sampai aku perlu waktu dulu untuk menetralisir lidah dari mie bakso! Karena aku suka banget yang asem, makan bakso tanpa cuka itu pasti aneh. Kalo masakan Eropa, vinaigrette mereka gitu-gitu aja. Mending bumbu yang ‘nendang’ kaya Padang. 

Pesan Vera untuk pembaca yang baru mulai coba-coba masak?
Jangan takut gagal. Buat aku semua masakan itu nggak ada yang salah. Ini gak boleh pake ini, itu gak boleh…bukan itu. Yang penting gimana menyeimbangkan semua rasa biar manis, asam, asinnya sesuai. Coba aja dulu pakai sisa-sisa yang ada di kulkas. Pakai semua barang yang ada, nggak harus sengaja beli di toko. Masak itu nggak harus sengaja beli bahannya, kamu bisa pakai semua yang kamu punya di rumah. Dan jangan ragu-ragu :)

Sunday membongkar isi tas Vera dalam artikel Polaroid Bag! Cekidot di Sunday edisi 2, The Food Issue 

Monday, February 4, 2013

Young & Restless: An Interview with Jess Prabawa Hudaya



Masih agak pagi di Prince House yang cozy. Sunday duduk dan ngobrol-ngobrol seputar waffle, passion dan sekolah bisnis sama Jess.

“Dari awal memang passion gue di dunia kuliner. Udah dari kecil. Sebelumnya gue sempet membuka beberapa konsep kuliner, cuman setelah mencari selama kurang lebih 2 tahunan, ketemu deh konsepnya untuk jualan waffle.Yang jelas, kalo lagi bikin usaha, udah deh weekend itu lo nggak bisa kemana-mana. Di rumah doang, cari ide terus.” 

“Buka konsep Italian food dan waffle di Kelapa Gading sebenernya menantang ya. Dalam arti Gading itu kan lebih ke family food- makanan yang penting enak dan murah. Apalagi, di Asia bahan makanan untuk resep Barat udah jelas beda. Istilahnya, dari tomat aja udah beda. Tomat kita kebanyakan karbitan, hambar. Tomat mereka, itu bener-bener mantep. Makanya orang-orang di sana bisa lebih menghargai makanan karena bahan yang lebih bagus. Orang Asia lebih menghargai bumbu.” 



“Nah, untuk Food & Beverage, selain produknya memang harus bagus, tantangan terbesarnya ada di HRD. Saat HRD kita udah kuat dan solid, mau melangkah kemanapun juga enak. Customer datang, mereka inisiatif kasih salam. Hal-hal kecil kaya gini kalo nggak di-training mereka nggak akan bisa. Pada saat lo menghadapi staf, lo harus komunikasi dengan hati-hati. Saat terima pendapat dari orang lain juga gitu, liat dulu nilai dirinya dia. Kalo pengalaman dia sendiri gagal, yang dia bakal kasih saran yang gagal.”

“Waktu gue terjun untuk bangun bisnis gue, istilahnya gue ngerasa diri gue makin berkembang karena harus bisa menghadapi persoalan dari A ke Z. Gue ngerasa jadi orang yang makin berharga.  Saat ada masalah dan mengalami stuck, itu adalah sinyal lo untuk berkembang. Tanya ke diri sendiri: kenapa gue nggak bisa melakukan ini?”

“Sekolah bisnis perannya ya besar sih dari membentuk gue sekarang. Karena saat lo belajar, lo mungkin ngerasa itu bukan sesuatu yang worth it. Soalnya, lo belum pernah jalanin aplikasinya. Makanya kan ada orang yang bilang S2 itu baru worth it kalo lo kerja dulu. Karena dengan begitu kita tahu aplikasinya. Ternyata apa yang gu pelajarin di S1 itu kepake, nggak cuma pelajarannya tapi lingkungannya. Lingkungan bisnis itu sangat pengaruh ke kita. Pola pikir lo jadi pola pikir bisnis.” 



“Maka dari itu, cari sesuatu yang menang bener-bener passion lo. Kalo ditanya apakah passion itu gampang untuk dicari, ya nggak gampang. Sampe sekarang aja gue kadang ngerasa gue belum sampe ‘wah’ gimana banget. Wajar banget orang ngelakuin kesalahan, wajar banget orang hilang arah. Istilahnya, gak sesuai bidang. Tapi yang penting: passion, fokus, kerja keras.” 

“Bisnis memang nggak bisa langsung booming. Pada dasarnya susah. Bill Gates sudah obrak-abrik komputer dari umur belasan. Pendiri Subway udah merintis dari usia 17 tahun. Yang kita lalui sekarang memang langkah normal. Lo harus bisa bikin standar. Niru makanan orang lain bisa. Tapi pertanyaannya: lo bisa nggak bikin standar kaya dia?”



Apa hubungan drama Korea sama Prince House? Cek obrolan seru kami selengkapnya di Sunday edisi 2, The Food Issue! :)