Ide Sunday muncul di tengah
kegelisahan akan fenomena ‘penyeragaman’ media cetak untuk remaja yang terjadi
di kota kita saat ini. Fenomena ini mungkin dimulai sejak majalah franchise
dari luar negeri (mayoritas USA dan Australia) memasuki Indonesia pada tahun
90an.
Era kebebasan pers pasca
reformasi dan adanya globalisasi ekonomi menjadi dua faktor dibalik
berkembangnya majalah franchise atau
waralaba di negara ini. Pihak asing
tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan di sisi lain pengusaha
lokal juga ingin memanfaatkan kesempatan untuk menerbitkan media asing dengan
gaya lokal.
Peredaran majalah-majalah
ini, yang menjadi konsumsi para remaja Indonesia, menampilkan sosok-sosok asing
sebagai idola. Dan karena posisinya sebagai majalah franchise, yang terikat
adaptasi konten dengan kantor pusatnya di luar negeri, kerap artikel yang
disajikan di dalamnya tidak realistis dan aplikatif untuk pembaca lokal. Tetapi
ya menu-menu ini tetap disajikan, karena tampak menarik dan mudah. Hasilnya?
“Pencapaian yang diperoleh (majalah franchise) memicu pemikiran
bahwa nilai-nilai Barat merupakan solusi atas kebutuhan wanita Indonesia. Dalam
benak wanita lokal, citra wanita Barat itu lebih seksi, cerdas, aktif, dan
tentunya, lebih menggoda dibanding mereka yang pasif dan tradisional.
(Paramaditha, 2003:2)”
Fenomena lain yang menyusul
belakangan adalah munculnya majalah lokal yang murni dibuat oleh warga
Indonesia-tetapi, mereka memasang selebriti asing di sampul dan memasukkan
artikel dengan nuansa budaya pop barat. Tampak seperti waralaba, tetapi bukan
waralaba. Kebanyakan majalah semacam
ini ditujukan pada pembaca wanita remaja.
“In recent years, however, magazine professionals as well as
critics outside the industry have bemoaned some magazines’ tendencies toward
tabloidization and celebrity journalism.”
Sammye Johnson & Patricia Prijatel
Inilah rasa frustasi yang
dibebankan kepada remaja kita dengan hadirnya media-media asing ini; mereka
dituntut untuk memenuhi standar yang tidak realistis (1: cantik ala barat, 2:
airbrushing & photoshop). Intan Paramaditha dalam salah satu jurnal
ilmiahnya mengistilahkan fenomena ini sebagai ‘munculnya rasa cemas karena
harus hidup sebagai perempuan dunia ketiga.’
Keprihatinan kami yang lain
muncul dari ‘jurang’ yang ada antara majalah untuk laki-laki dan perempuan.
Esai yang kritis, konten yang padat, semua itu umumnya ditemukan pada majalah
pria. Majalah untuk perempuan? Fitur utamanya tampak seperti katalog belanja. Komodifikasi
konten sangat kental dalam lembar-lembar majalah yang mengkilap.
Selebriti dan belanja.
Inilah dua topik utama yang dikonsumsi remaja kita di majalah. Padahal, “Masa
remaja adalah sebuah periode transisi yang penting dalam perkembangan berpikir
kritis (Keating dalam Santrock, 2003: 144).” Inilah momen di saat seseorang
berada dalam persimpangan: apakah ia akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai
pribadi aktif yang kritis atau menjadi sosok pasif yang didorong oleh arus.
Riset terakhir tahun 2002
menyatakan bahwa setiap tahun sekitar 300 judul majalah konsumen diluncurkan
(Campbell, Martin & Fabos, 2008:301). Kami tidak menegasikan aktivitas
konsumsi- kami hanya menginformasikan pilihan aktivitas lain yang sebenarnya
juga ada di luar sana.
Jika ditinjau dari segi etimologi atau asal katanya,
istilah ‘majalah’ alias ‘magazine’
itu sendiri berakar dari sebuah kata dalam bahasa Arab: ‘makhazin’, yang berarti gudang peluru. Hildick, masih dalam buku
yang sama, lantas memaknai bahwa majalah merupakan tempat dimana cerita dan
artikel disimpan, sama seperti senjata dan amunisi disimpan di gudang khusus.
Pada perkembangan selanjutnya, istilah ‘makhazin’
ini kemudian diadaptasi menjadi ‘magazin’
dalam bahasa Perancis. Di Sunday, kami percaya majalah ada rumah dari ide,
opini dan informasi.
Sunday memosisikan dirinya sebagai sahabat untuk
para pembaca- dimana kami berkomitmen untuk selalu jujur pada mereka. Sunday
bicara dalam bahasa yang positif dan berharap para pembaca merasa lebih baik
setelah membaca majalah ini. Tanpa ada rasa rendah diri karena masalah
penampilan fisik atau karena tidak memiliki sebuah produk bergengsi.
Editorial
Philosophy
Vision Statement
Membangun gaya hidup generasi muda yang seimbang dalam pergaulan
dan pendidikan
Mission Statement
Menciptakan
komunitas anak muda yang kuat melalui media cetak
Kenapa Sunday?
Kami membawa suasana hangat, rileks dan bahagia yang biasanya
identik dengan hari Minggu.
Lebih dalam lagi, kami memiliki visi agar setiap pembaca tidak
ragu untuk memilih melakukan hal yang mereka cintai, mengasah talenta-talenta
yang positif mengikuti kata hati mereka, karena dengan begitu setiap hari akan
terasa seperti hari Minggu
Di Balik ‘Make Your Days!’
Tagline ini merepresentasikan karakter Sunday: sebuah media yang
berperan sebagai ‘teman’ untuk pembacanya, yang berkonten ringan namun tidak
asal-asalan dan bisa membuat hari pembacanya menjadi lebih menyenangkan.
Dari
Dapur Sunday
Siapakah kami?
Olivia Elena Hakim - Editor in Chief
Lulus dari studi Komunikasi Massa di London School of Public Relations
tahun 2010 dengan title ‘Best Student’, Olivia Elena langsung terjun ke dunia
media, yang sangat ia cintai. Mengawali karirnya sebagai reporter magang untuk
Kantor Berita ANTARA, ia kemudian melanjutkan skripsi sambil menulis freelance
untuk sebuah majalah remaja komunitas bernama Kingdom. Penelitiannya yang
berpusat pada analisa semiotik atas majalah berlisensi di Indonesia diterima
dengan baik dan setelah lulus, ia berkarir sebagai copy editor untuk HighEnd
Magazine dan editor untuk My Priority. Ia juga pernah menerbitkan sebuah buku fiksi
berjudul ‘Pergi’ dan menjadi narasumber untuk sejumlah kelas jurnalistik maupun
pengelolaan majalah.
Marina Tjokro - Art & Fashion Director
Setelah
lulus dari London School of Public Relations di tahun 2010, Marina Tjokro
memulai sebuah clothing line bernama Ever After dengan seorang rekannya, dimana
ia mendesain sendiri berbagai baju dan aksesoris. Ia kemudian sempat bekerja di
AUTO2000 sebelum memutuskan untuk meniti karir sebagai pembawa acara, antara
lain untuk seminar-seminar Bong Chandra. Naluri dan kecintaan akan fashion yang
ia miliki membawa Marina turut memperkuat konsep visual Sunday!.
Scatto Photography and Design - Design
Graphic
Scatto
adalah sebuah jasa desain dan fotografi lepas yang dibentuk oleh pasangan muda
Geraldi Paat dan Jessica Waas. Keduanya memiliki pengalaman desain di bidang
media, dari majalah Kingdom sampai Media Indonesia. Scatto sendiri saat ini telah
menangani sejumlah klien seperti BKKKS, Livy’s Cake, Franky Sihombing,
Samirasa, dan PT Bramanty Adhikari Tibra Syadana. Sebagai perusahaan desain
yang terus berkembang, Scatto dan Sunday! bekerja sama menyajikan bacaan yang
berkualitas untuk generasi muda.
Budiman Manurung - Business Director
Setelah lama
bekerja di berbagai bidang perusahaan, dari majalah sampai IT, Budiman Manurung
akhirnya membentuk perusahaan kargo dengan rekannya. Dengan visi bisnis yang
tertanam di benaknya, ia turut membidani dan memperkuat tim Sunday!.
Kami memiliki visi
untuk generasi muda Kelapa Gading. Bagaimana dengan Anda?
Olivia Elena Hakim - Editor in Chief
Lulus dari studi Komunikasi Massa di London School of Public Relations tahun 2010 dengan title ‘Best Student’, Olivia Elena langsung terjun ke dunia media, yang sangat ia cintai. Mengawali karirnya sebagai reporter magang untuk Kantor Berita ANTARA, ia kemudian melanjutkan skripsi sambil menulis freelance untuk sebuah majalah remaja komunitas bernama Kingdom. Penelitiannya yang berpusat pada analisa semiotik atas majalah berlisensi di Indonesia diterima dengan baik dan setelah lulus, ia berkarir sebagai copy editor untuk HighEnd Magazine dan editor untuk My Priority. Ia juga pernah menerbitkan sebuah buku fiksi berjudul ‘Pergi’ dan menjadi narasumber untuk sejumlah kelas jurnalistik maupun pengelolaan majalah.
2 comments:
gue suka ama yang idealis kayak gini. jadi inget beberapa majalah anak2 yang sempat gue baca waktu masih SD yg sekarang mungkin udah nggak ada lagi. Hai! juga dulu keren tapi sekarang kebarat-baratan. mungkin Sunday suatu saat bis jadi alternatif deh kayaknya
Terima kasih atas spiritnya, Ahmad :) Sunday sekarang juga sedang galang dukungan di wujudkan.com :)
Dí lo que piensas...